الموضوع: Fatwa jumlah para isteri Muhammad Rasulullah SAW Allah tidak menghalalkan baginya untuk menikahi lebih dari empat wanita merdeka

2

Allah tidak menghalalkan bagi para NabiNya untuk menikah lebih dari empat wanita merdeka selain perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang para Nabi miliki..

>المصدر<
-2-
[ لمتابعة رابط المشاركة الأصليّة للبيان ]

lihat postingan asal keterangan ini
الإمام ناصر محمد اليماني
Al-Imam Naser Mohammed Al-Yamani
19 - 07 - 1434 ه
29 - 05 - 2013 م
04:22 صباحاً

لم يُحل الله لأنبيائه الزواج بأكثر من أربعٍ من الزوجات الحُرّات إلا ما ملكت أيمانهم.
Allah tidak menghalalkan bagi para NabiNya untuk menikah lebih dari empat wanita merdeka selain perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang para Nabi miliki.

بسم الله الرحمن الرحيم، والصلاة والسلام على خاتم الأنبياء والمرسلين وآله وجميع المرسلين من قبله وآلهم وجميع المؤمنين التابعين للحقّ في كل زمانٍ ومكانٍ إلى يوم الدّين، أمّا بعد.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sholawat dan salam ke atas Penutup Para Nabi dan Rasul beserta keluarganya dan seluruh para Utusan sebelumnya beserta keluarga mereka dan seluruh orang-orang yang beriman para pengikut kebenaran pada setiap masa dan tempat hinggalah Hari Pembalasan,
amma ba'd.

لقد تمّ تنزيل تحديد الزوجات الحُرّات إلى أربع إضافة إلى ملك اليمين، تصديقاً لقول الله تعالى:

{ فَانكِحُواْ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَاء مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُواْ فَوَاحِدَةً } صدق الله العظيم [النساء:3]
Sesungguhnya telah sempurna penurunan wahyu bagi batasan memperisterikan wanita-wanita merdeka hingga empat orang, tambahan kepada perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang dimiliki,
pembenaran terhadap firman Allah Ta'ala:

maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka [kawinilah] seorang saja
Maha Benar Allah
[An-Nisa]
وما يقصد الله تعالى من قوله { فَانكِحُواْ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَاء مَثْنَى }؟ وهذا يعني من بعد الزوجة الأولى فيأتي التحليل بالمَثْنَى ويقصد اثنتين، وثُلاث ويقصد ثلاث، ورُبَاع ويقصد أربع.
Apa yang Allah Ta'ala maksudkan dari firman-Nya:
kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua
?
Ini bermakna setelah beristeri yang pertama, maka dibolehkan untuk beristeri dua orang, matsnaa yang dimaksudkan adalah dua orang isteri, dan tiga orang, tsulaatsa yang dimaksudkan adalah tiga orang isteri, dan empat orang, rubaa' yang dimaksudkan adalah empat orang isteri.


وربّما يودّ صاحب مكة أن يقول: "ولكن ما هو الدليل القاطع بأن الله يقصد من قوله مثنى أي اثنتين؟". ومن ثمّ نردّ عليه بالحقّ ونقول: إن المثنى هو العدد من بعد الفرادى فيأتي العدد مَثْنَى، والبرهان على أن الله يقصد مثنى بالرقم اثنين تجده في قول الله تعالى: { قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَادَىٰ ثمّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ } صدق الله العظيم [سبأ:46]
Barangkali sahabat Makkah (forumer) mahu mengatakan:
"Akan tetapi, apa dalil qoothi' -bukti muktamad- yang menyatakan bahawa yang Allah maksudkan pada firmanNya matsnaa yakni dua?"
Untuk itu kami balasnya dengan kebenaran, kami katakan:
Sesungguhnya matsnaa adalah bilangan, setelah furoodaa maka datang bilangan matsnaa, bukti terhadap yang Allah maksudkan matsnaa dengan nombor dua dapat engkau temukan pada firman Allah Ta'ala:
Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah [dengan ikhlas] samada dengan cara berdua (dengan orang lain) atau seorang diri; kemudian kamu pikirkan [tentang Muhammad] tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum [menghadapi] azab yang keras. (46)
Maha Benar Allah
[Saba]

ومن ثمّ تعلمون أنه يقصد بقوله مَثْنَى أي الرقم اثنين لا شك ولا ريب، كون الفرادى يقصد به الرقم واحد. ولذلك قال الله تعالى: { قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَادَىٰ } صدق الله العظيم. ونستنبط من ذلك البيان المقصود من قوله { مَثْنَىٰ وَفُرَادَىٰ } وهو العدد واحد واثنين، وكذلك جاء التحديد لزوّجات النّبي بالنسبة للحرّات فأحلّ الله له أن يتزوج بأربع فقط وما ملكت يمينه، ومن ثمّ حرّم الله عليه أن يستبدل بهنّ من أزواجٍ أخر ولو أعجبه حسنهنّ، تصديقاً لقول الله تعالى: { يَا أَيُّهَا النّبي إِنَّا أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ اللَّاتِي آتَيْتَ أُجُورَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّاتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَالَاتِكَ اللَّاتِي هَاجَرْنَ مَعَكَ وَامْرَأَةً مُؤْمِنَةً إِنْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ إِنْ أَرَادَ النّبي أَنْ يَسْتَنْكِحَهَا خَالِصَةً لَكَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِي أَزْوَاجِهِمْ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ لِكَيْلَا يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (50) تُرْجِي مَنْ تَشَاءُ مِنْهُنَّ وَتُؤْوِي إِلَيْكَ مَنْ تَشَاءُ وَمَنِ ابْتَغَيْتَ مِمَّنْ عَزَلْتَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكَ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ تَقَرَّ أَعْيُنُهُنَّ وَلَا يَحْزَنَّ وَيَرْضَيْنَ بِمَا آتَيْتَهُنَّ كُلُّهُنَّ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَلِيمًا (51) لَا يَحِلُّ لَكَ النِّسَاءُ مِنْ بَعْدُ وَلَا أَنْ تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنْ أَزْوَاجٍ وَلَوْ أَعْجَبَكَ حُسْنُهُنَّ إِلَّا مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ رَقِيبًا (52) } صدق الله العظيم [الأحزاب]

Maka dari itu kalian mengetahui bahawa maksud firman Allah matsnaa yakni angka dua, tidak syak dan ragu lagi, kerana furoodaa bermaksud angka satu.
Sebab itu Allah berfirman:
Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah [dengan ikhlas] samada dengan cara berdua (dengan orang lain) atau seorang diri;
Maha Benar Allah.

Kami menetapkan keputusan hukum dari penjelasan yang dimaksudkan oleh firman Allah matsnaa dan furoodaa, berdua atau seorang diri, ianya adalah bilangan satu dan dua, demikian juga adanya pembatasan bagi jumlah isteri Nabi berkenaan dengan wanita-wanita merdeka, maka Allah menghalalkan baginya untuk menikahi empat orang wanita (merdeka) sahaja, dan juga perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang Nabi miliki.
Kemudian setelah itu Allah mengharamkan ke atas Nabi untuk menukar isterinya dengan menikahi wanita-wanita lain, meskipun kecantikan mereka menarik hati Nabi, pembenaran terhadap firman Allah Ta'ala:

Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya, dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan [demikian pula] anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu, dan perempuan mu’min yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mu’min. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (50)
Kamu boleh menangguhkan [menggauli] siapa yang kamu kehendaki di antara mereka [isteri-isterimu] dan [boleh pula] menggauli siapa yang kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu. Yang demikian itu adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka. Dan Allah mengetahui apa yang [tersimpan] dalam hatimu. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (51)
Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh [pula] mengganti mereka dengan isteri-isteri [yang lain], meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan [hamba sahaya] yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu. (52)

Maha Benar Allah [Al-Ahzab]

والدليل على تحديد زوجات النّبي هو في قول الله تعالى:

{ لَا يَحِلُّ لَكَ النِّسَاءُ مِنْ بَعْدُ وَلَا أَنْ تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنْ أَزْوَاجٍ وَلَوْ أَعْجَبَكَ حُسْنُهُنَّ إِلَّا مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ رَقِيبًا (52) } صدق الله العظيم
Dalil bagi batasan jumlah isteri untuk Nabi adalah pada firman Allah Ta'ala:
Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh [pula] mengganti mereka dengan isteri-isteri [yang lain], meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan [hamba sahaya] yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu. (52)

Maha Benar Allah
فبقى العدد بالضبط الذي أذن الله لنبيه أن لا يتجاوزه في عدد زوجاته الحُرّات ممن دخل بهنّ وما أراد أن يتزوج من بنات خالاته وعماته ليوفّي عدد الزوجات المسموح بها أو امرأة وهبت نفسها للنبي وبقي العدد الذي لا يحلّ للنبي النساءَ من بعده وتجدوه في قول الله تعالى:

{ فَانكِحُواْ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَاء مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُواْ فَوَاحِدَةً } صدق الله العظيم [النساء:3]
Maka menjadi tetaplah jumlah bilangan dengan tepat yang Allah izinkan untuk NabiNya, supaya jumlah itu tidak melebihi bilangan isteri-isteri Nabi, para wanita merdeka, dari kalangan wanita yang Nabi nikahi, atau yang Nabi ingin nikahi mereka, kalangan anak-anak perempuan dari saudara lelaki dan saudara perempuan dari ibunda dan ayahanda Nabi, untuk memenuhi jumlah bilangan isteri-isteri yang diperbolehkan, atau perempuan yang menyerahkan dirinya pada Nabi.
Maka menjadi tetaplah jumlah bilangan yang tidak dihalalkan bagi Nabi untuk beristeri melebihi bilangan itu, yang akan kalian temukan pada firman Allah Ta'ala:
maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka [kawinilah] seorang saja

Maha Benar Allah [An-Nisa]
فكيف ينهاهم محمد رسول الله أن يتزوّجوا بأكثر من أربعٍ من النساء الحُرّات ومن ثمّ يحلل لنفسه أن يتزوج بأكثر من أربع!! وما ينبغي للنبي وكافة الأنبياء أن يحرّموا على المؤمنين شيئاً ويحلّونه لأنفسهم، تصديقاً لقول الله تعالى:

{ قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ } صدق الله العظيم [هود:88]
Bagaimana pula Muhammad Rasulullah dapat melarang mereka untuk menikahi wanita melebihi empat orang wanita merdeka, lalu menghalalkan untuk dirinya memperisterikan lebih dari empat orang
!!
Tiadalah layak bagi Nabi SAW dan juga seluruh Nabi Allah, untuk mengharamkan ke atas orang-orang beriman akan sesuatu perkara, sedang mereka itu menghalalkannya pula untuk diri mereka sendiri, pembenaran terhadap firman Allah Ta'ala:

Syu’aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezki yang baik [patutkah aku menyalahi perintah-Nya]? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu [dengan mengerjakan] apa yang aku larang. (88)
Maha Benar Allah
[Hud]
وليس للأنبياء قانونٌ تشريعيٌّ غير ما شرّعه الله للمؤمنين أتباعهم، وإنّما حرّم على المؤمنين أن يتزوّجوا بنساء أنبيائهم من بعدهم لكونهنّ أمّهاتهم، وكذلك حرّم الله على الأنبياء أن يطلّقوهنّ من ذات أنفسهم إلا أن يأتين بفاحشة بيّنةٍ أو أن يطلبنَ من أنبياء الله الطلاق، ومن طلبت من أحد الأنبياء الطلاق فطلقها وسرّحها سراحاً جميلاً فهذا يعني أنها لا تريد الله ورسوله ولا خير فيها فقد ارتدّت من الإيمان إلى الكفر ولا تريد الله ورسوله، ولا يَحِلّ للمؤمنين أن يتزوّجها أحدُهم، وليس لأنها لا تزال من أمّهاتهم بل لكونها ارتدّت من الإيمان إلى الكفر ولا تريد الله ورسوله، ولذلك أمر الله نبيّه أن يقول لزوجاته: { يَا أَيُّهَا النّبي قُل لِّأَزْوَاجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا (28) وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا (29) } صدق الله العظيم [الأحزاب]

Para Nabi tidak mempunyai peraturan undang-undang syariat kecuali peraturan yang telah Allah syariatkan kepada orang-orang yang beriman para pengikut mereka, sesungguhnya yang diharamkan ke atas orang-orang yang beriman adalah menikahi isteri-isteri para Nabi mereka setelah (diceraikan atau wafatnya) para Nabi, sebabnya para isteri Nabi adalah ibu-ibu mereka.
Demikian juga Allah mengharamkan atas para Nabi untuk menceraikan isteri-isteri mereka kerana diri para Nabi itu sendiri, melainkan sekiranya para isteri itu melakukan perbuatan keji yang nyata, atau sekiranya mereka sendiri yang meminta dari Nabi untuk menceraikan mereka.
Sesiapa dari kalangan isteri-isteri para Nabi yang meminta cerai, maka hendaklah Nabi menceraikannya dengan cara yang baik, dan ini bermakna bahawa dia tidak menginginkan Allah dan Rasul-Nya.
Jadi, tiada kebaikan padanya kerana dia telah kembali menjadi kafir setelah sebelumnya beriman, sedang dirinya tidak menginginkan Allah dan Rasul-Nya, dan tidak dihalalkan bagi seorangpun dari kalangan orang-orang beriman untuk menikahinya, bukan kerana dia masih termasuk kalangan ibu-ibu mereka, akan tetapi kerana dia telah murtad setelah beriman kemudian menjadi kafir, lagi tidak inginkan keredhaan Allah dan Rasul-Nya.
Kerana itu Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengatakan kepada isteri-isterinya:

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut`ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. (28)
Dan jika kamu sekalian menghendaki [keridhaan] Allah dan Rasul-Nya serta [kesenangan] di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar. (29)

Maha Benar Allah [Al-Ahzab]
ولم يحرّم الله على نبيّه أن يتزوج بغيرهنّ إن طلبنَ الطلاق من ذات أنفسهنّ، فيحلّ له أن يتزوج من النساء بدلاً عن التي طلبت الطلاق. ولذلك قال الله تعالى:

{ عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا } [التَّحريم:5]
Allah tidak mengharamkan ke atas Nabi-Nya untuk menikahi wanita selain mereka (isteri-isteri Nabi) jika sekiranya mereka yang meminta cerai dari diri mereka sendiri, maka Allah menghalalkan bagi Nabi untuk menikahi wanita lain sebagai ganti dari isteri yang meminta cerai.
Sebab itu Allah berfirman:

Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang ta’at, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (5)
[At-Tahrim]
وهنا يتبيّن لكم كيف أن الله أحلّ لرسوله البدل لأحد زوجاته بشرط أنها هي من طلبت الطلاق، وأمّا أن يطلقها من ذات نفسه ليستبدلها بسواها فلا يحلّ لنبيّ كونها لن تجد من يتزوجها من بعده. ولذلك قال الله تعالى:

{ لَا يَحِلُّ لَكَ النِّسَاءُ مِنْ بَعْدُ وَلَا أَنْ تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنْ أَزْوَاجٍ وَلَوْ أَعْجَبَكَ حُسْنُهُنَّ } صدق الله العظيم [الأحزاب:52]
Maka di sini jelas bagi kalian bagaimana Allah menghalalkan untuk Rasul-Nya menikahi wanita sebagai ganti bagi isteri-isterinya dengan syarat mereka yang meminta cerai.
Adapun menceraikan mereka dari diri Nabi sendiri untuk menggantikan mereka dengan wanita-wanita lain, maka tidak dihalalkan untuk Nabi kerana mereka kelak tidak akan mendapatkan orang lain sebagai suami setelah (diceraikan/kewafatan) Nabi.
Sebab itu Allah Ta'ala berfirman:

Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh [pula] mengganti mereka dengan isteri-isteri [yang lain], meskipun kecantikannya menarik hatimu.(52)
Maha Benar Allah
[Al-Ahzab]
وتبيّن لكم أن رقم زوجات النّبي إذا نقص سواء طلبت منه الطلاق فطلّقها أو ماتت فيحلّ له أن يتزوج بدلاً عنها من النساء المؤمنات، وإنما حرّم على الأنبياء طلاق زوجاتهم من ذات أنفسهم كون في ذلك ظلم يقع عليها لكونها لن تجد من يتزوجها من بعده من المؤمنين كونها من أمهاتهم، تصديقاً لقول الله تعالى: { النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ } صدق الله العظيم [الأحزاب:6]

Jadi jelaslah bagi kalian akan bilangan isteri-isteri Nabi yang tatkala berkurangan sama ada isteri meminta cerai dari Nabi lalu Nabi menceraikannya, atau mereka meninggal dunia, maka Allah menghalalkan bagi Nabi untuk menikahi wanita kalangan orang-orang beriman sebagai ganti isterinya.
Sesungguhnya yang diharamkan ke atas para Nabi hanyalah sekiranya mereka menceraikan isteri mereka kerana diri mereka sendiri, sebab pada yang demikian ada kezaliman yang menimpa isteri yang kena cerai (tanpa dipinta), kerana mantan isteri Nabi itu tidak akan menemukan sesiapapun dari kalangan orang-orang beriman untuk menikahinya setelah (diceraikan atau kewafatan) Nabi.
Ini kerana mereka yakni para isteri Nabi itu, termasuk kalangan ibu-ibu bagi orang-orang yang beriman, pembenaran terhadap firman Allah Ta'ala:

Nabi itu [hendaknya] lebih utama bagi orang-orang mu’min dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka.
Maha Benar Allah
[Al-Ahzab]
وسلامٌ على المرسلين والحمد لله رب العالمين.
أخوكم الإمام المهدي ناصر محمد اليماني.
Salam sejahtera ke atas para Rasul dan segala puji
hanya bagi Allah Tuhan Semesta Alam

Saudara kalian, Al-Imam Al-Mahdi
Naser Mohammed Al-Yamani


sumber:
https://mahdialumma.xyz/showthread.php?p=101819